Saat masa itu sudah dekat, lambat waktu mulai terasa bahwa hal ini akan terjadi adanya. Berusaha untuk menunda dan mengulur waktu selama yang bisa diperjuangkan, namun apalah daya sudah di ujung usia. Kata yang sudah di mendidih dan ingin diluapkan akhirnya berserakan dan terucapkan dengan sesungguhan.
Penolakan dan penerimaan menolak untuk bisa memahami dan mengerti perasaan pasangan yang membisikkan keberpisahan yang sudah lama di inginkan. Demikian lah sebuah kisah asmara, entah itu persetujuan atau perselisihan, pasti adanya kesepakatan. Entah itu ketidaksukaan atau kesepahaman.
Begitulah akhirnya, saat pasangan mengingkan kehidupan di ujung tanduk. Maka dengan berbesar hati dan menyemangati diri untuk melapangkan kehendak diri dari segala pemerasan hati dan pikiran mulai di urungkan. Jadi banyak belajar sebenarnya, bahwa dalam kata perpisahan jika sudah terucap dan berani mengucap berarti kehidupan asmara sudah tak ada namanya.
Perbaikan kisah tersebut, layaknya cermin yang sudah pecah. Tidak akan pernah menyatu adanya. Jadi pilihlah dengan perasaan yang sudah tak beramarah baiknya, dan pulih lah agar hendaknya setiap keputusan yang kan dipilih tak akan di sesalkan layaknya hubungan yang sudah terlupakan.
Akhir dari kisah ini ialah kesepahaman dan pemahaman dalam setiap keputusan harus dimiliki semua pasangan, entah itu kesukaran atau kegembiraan harus bisa disepakati dengan senyum dan keleluasaan hati, karena tidak ada namanya keinginan bisa disamakan jika salah satu pasangan tidak menciptakan ruang bagi pasangannya.
Tetaplah berbahagia bagi siapapun yang sedang menjalani kisah terbaik mereka dalam memahami tahap kehidupan ini, dan tetaplah yakin setiap kesalahan keputusan atau perbuatan tidak lah akan sepenuhnya menghancurkan melainkan akan membentukkan diri untuk menjadi ke tahap kesempurnaan. Perlahan dan nikmati proses dan jalannya.
Originally published at https://medium.com on March 24, 2023.